Selasa, 26 Februari 2008

Hari terakhir sebelum........

Bismillah....

Ternyata gak enak ya jadi orang lain, biasa nyebut ana jadi aku. capek rasanya.... Mulai tulisan ini ana panggil diri dengan sebutan ana.... sama saja sich...

Tak terasa jam2 terakhir meninggalkan kampus kian mendekat, tetapi tak ada persiapan yg dirasakan entah dirumah atau kampus. Seperti yg tidak akan pergi saja. Tak jauh dan tak lama memang. Ana hanya meninggalkan kampus dan rumah selama satu bulan saja untuk menggugurkan kewajiban akademik disemester ini (KKN). Tak sekedar itu sebenarnya, akan tetapi dakwah sya'bi yg slama ini mungkin tidak terlalu menjadi prioritas, kini dipaksa untuk berkontribusi disana dengan optimal.

Kita adalah agen dakwah masa depan, apakah masih merasa tidak siap pakai di masyarakat?! Teringat salah seorang guru ana di SMK dulu, beliau bilang "Kita harus ready for use", ya kapan pun dimana pun. Ini terasa ketika terjun di masyarakat. akankah masyarakat menghormati kita karena titel kita?! sarjana misalnya. Tidak ikhwatii... yg dipandang masyarakat adalah skill kita, bagaimana kita bisa berkontribusi untuk mereka. Yg dihormati adalah struktur yg ada dalam masyarakat itu sendiri, pilihan kita adalah beradaptasi dengan mereka.

Pulang dari kampus, mulai ada berita tak sedap dari ibu. Beliau mengabarkan ada dua orang laki2 yg bertamu kerumah ketua RT kami. Mereka menawarka agama baru dengan kompensasi 500ribu, katanya kolektif saja kalo ada lima orang ya dikasih 2,5 juta. astaghfirullah... Geram rasanya mendengar ini. Untungnya menantu ketua RT kami datang dan bilang "500ribu itu bisa dicari di tong sampah!" mereka pun pulang tanpa membawa hasil.

Ikhwatii, ana khawatir dengan kondisi ini. Musuh2 Islam telah kian nyata menantang kita. Entah dengan munculnya kartun nabi lagi atau apalah. Yakinlah bahwa Islam jaya adalah keniscayaan tinggal kita memposisikan diri kita untuk kemenangan itu. Kabbiru!!!

RPH terakhir nich...
haru, tawa, dan sok ngatur masih mewarnai ana hari ini.... Harus meninggalkan adik2 ana di amanah ini rasanya belum sepenuhnya lega. Tapi harus siap untuk melepaskan karena kaderisasi adalah sebuah keharusan dalam sebuah wajihah dakwah. Seorang akh dari Kalbar sana berkata "..insya allah ada yg akan menggantikan ant, karena itu sudah dijanjikan Allah, berikan kepercayaan kepada penerus kita..".

Ikhwatii, betapa berat mengemban amanah. Namun lebih berat lagi ketika kita harus melepaskan amanah dimana kita telah meneguk nikmatnya dakwah ini. Bersama dengan saudara2 seperjuagan menegakkan kalimatullah, dengan modal ruhy, maal, fikri yg pas2an. Mungkin dengan semangat yg naik turun pula. Tapi ikhwatii... ini kan slalu dirindukan, masa2 bersama merencanakan, bersinergis dan beramal dalam wajihah.

Walopun orientasi ana kini berbeda, namun ingatan ana masih pada antum/na. Jundi2 ana yg selalu ana sayangi, meskipun kadang ana omel, tegur. Jangan dimasukan ke dalam hati ya...
ana tetap mengharapkan antum/na berada dalam barisan ini...

1000 semangat 4 my jundi/jundiah....
ana akan merindukan kalian semua dalam hari2 yg ana lalui....

Jumat, 22 Februari 2008

Salam... Amanahkah?!

Bismillah...

Amanah adalah hal yg berat untuk diemban, namun pada kenyataannya banyak diantara kita yg menganggap sepele hal ini. Kita ambil saja satu contoh saja terkait amanah untuk menyampaikan salam kepada salah seorang atau beberapa dari teman kita.

Salah seorang akh berkata : "ana menganggap itu basa basi saja, misalnya 'salam ya untuk semua ikhwah disana', jadi ga ana sampein......."

Saudaraku, miris sebenarnya melihat hal ini. Namun ini adalah sebuah imbal balik dari ketidak hati-hatian kita dalam mengatakan sesuatu. Yang sebenarnya itu bisa berakibat fatal. Jangan di dramatisir! Memang. Hanya saja kita mesti menyadari bahwa yang menyampaikan salam tak ada bedanya dengan yang menerima amanah ini. Maksudnya?!

Jika ada seseorang berkata: "Salam ya untuk All ikhwah disana..."
Maka yang dititipi amanah ini akan bingung kepada siapa harus disampaikan. Ini basa-basi atau bukan! Maka alternatifnya menjadi tidak disampaikan.
Dari sini muncul pertanyaan, Apakah rasional menitipkan salam untuk semua saudara kita untuk satu kampus, satu daerah atau satu wilayah? Dan ketika tidak menyampaikan kepada semua itu kita menjadi berdosa?

Saudaraku, mari kita sadari apa-apa yg kita ucapkan untuk tidak membebani orang lain. Jika yg di ucapkan sekedar basa-basi, maka itu bukanlah masalah. Akan tetapi ketika itu menjadi sebuah amanah, maka kita akan berdosa ketika tidak menyampaikannya.

Semoga tulisan singkat ini menjadi bahan evaluasi bagi diri kita untuk tidak asal bicara, dan berusaha untuk menunaikan amanah sekecil apapun itu.

wallahu'alam