Senin, 04 Mei 2009

Akhirnya bertemu lagi!

Bismillah...

Lama tak berkumpul, bersama dan bersinergis dengan teman-teman LDK. Panggilan itu datang juga. Ahad kemarin ada baksos jarmus FSLDK bandung raya di Bale endah. Rasanya rindu bertemu dengan mereka. Wajah-wajah ceria dan bersemangat di dakwah kampus. Semoga tetap istiqomah akhwat fillah...

Selasa, 31 Maret 2009

Sebuah Pendahuluan...

Bismillah...

Lembaga dakwah kampus baik berupa DKM, Bidang kerohanian,dan lainnya dapat diibaratkan sebagai jantung-nya kampus. Mengapa demikian, karena berdenyutnya jantung merupakan indikasi kehidupan, dan diamnya jantung berarti ketiadaan kehidupan. Sepakat atau tidak, memang begitulah faktanya. Sebuah kampus yang di dalamnya tidak ada syi’ar Islam ia seolah mati, tidak mempunyai kehidupan. Oleh sebab itu syi’ar Islam dikampus merupakan tolak ukur kehidupan sebuah lembaga keislaman kampus. Jika vacum, maka matilah ia. Oleh sebab itu, semua orang yang terlibat dan bergabung dalam lembaga keislaman kampus harus bergerak dinamis dan sinergis untuk menghidupkan kampusnya dengan syi’ar-syi’ar keislaman. Bukan hanya rutinitas! Akan tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan mad’u serta tidak asal terlaksana, dengan target ketika LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) ada agenda yang sudah dilaksananakan. Jika hanya alasan itu, maka hasilnya adalah nol besar.

Sungguh, kita tidak ingin apa yang kita usahakan sia-sia. Semua mesti ada hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya, dalam merancang sebuah agenda dakwah diperlukan sebuah strategi-strategi yang apik dan cantik, yakni dengan memperhatikan berbagai aspek yang menjadi pendukung dari kelancaran agenda yang akan dilaksanakn. Hal itu diantaranya, tujuan, personal, sarana dan prasarana, jaringan serta strategi. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah informasi dan data, karena informasi dan data bukanlah segala sesuatu, tapi tanpa informasi dan data maka jadilah segala sesuatu... bukan sesuatu!!!

Dalam pendahuluan ini akan membicarakan hal-hal pendukung dalam merancang sebuah agenda dakwah. Bukan teknis, akan tetapi lebih pada mind set personal sebagai jundi dan jundiah dakwah. Sehingga agenda tidak sebatas agenda, tetapi mempunyai goal yang pasti dan mempunyai ruh Islam. Insya Allah.

a. Upaya Menghilangkan Kejumudan Kader terhadap Agenda Dakwah

Kita awali bahasan ini dari real kondisi LDK dilapangan, ada sebuah LDK yang agendanya selalu satu tipe dari tahun ke tahun. Misalnya “SEMARAK LDK”, agenda ini merupakan agenda tahunan, dimana setiap departemen yang ada mempunyai satu program kerja yang jadi andalan dan dilaksanakan serangkaian dalam agenda itu. Bagus memang, semua terlihat gebyar namun perlu di evaluasi, apakah tujuan tercapai atau tidak, efektif atau tidak. Sehingga tidak berulang agenda yang sama disetiap tahunnya dengan alasan “dulu juga ada kegiatan ini” tanpa mempertimbangkan ketepatannya. Dikampus yang berbeda ada yang agenda setiap tahunnya tidak sama. Artinya tidak pernah mengulang kegiatan yang sama, semua baru dan tidak sama. Kelebihan LDK ini mempunyai daya inovasi tinggi dan berani mengambil resiko. Mereka mengatakan “kami tidak pernah gagal melaksanakan kegiatan, karena kegiatan kami tidak pernah sama dengan kepengurusan sebelumnya” . Bagus, tetapi perlu dipertimbangkan reliabilitasnya. Jika tidak ada pembanding tentu agak sulit menyimpulkan apakah kegiatan yang dilaksanakan berhasil atau tidak.

Jadi, Bagaimanakah sebaiknya kita merancang sebuah kegiatan supaya tidak terjebak dalam lingkaran rutinitas. Pertama, kita harus mengetahui tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Karena setiap orang akan bergerak sesuai dengan pemahamannya, jadi tanpa mengetahui tujuan yang jelas kita tidak akan mengetahui apa yang harus kita lakukan. Kedua, berpikirlah terbuka dan jauhkanlah diri dari stagnasi (kebekuan) pemikiran dan mulailah bebas berpikir dan berpendapat. Namun perlu digarisbawahi, kebebasan berpikir disini bukan bebas tanpa nilai, akan tetapi kebebasan berpikir yang sarat dengan nilai keislaman.

Ketiga, pilih dan kumpulkanlah orang-orang yang berpotensi dan ahli. Karena didalam Islam kita diajarkan supaya menyerahkan sebuah urusan kepada ahlinya. Selain itu jangan lupa untuk melibatkan orang-orang baru sebagai bentuk pembelajaran, dan ini merupakan bentuk kaderisasi untuk kepengurusan berikutnya. Keempat, berilah dukungan pada ide-ide baru yang muncul. Ini sangat penting karena tanpa dukungan yang penuh ide yang muncul akan mentah kembali dan akhirnya tetap terjebak pada pemikiran lama dan begitu-begitu saja. Kelima, perlu diperhatikan siapa yang kita pilih sebagai mas’ul, karena itu pun berpengaruh. Seorang mas’ul yang mempunyai sikap otoriter atau menggurui akan menyebabkan jundi tidak kreatif karena beberapa sebab, diantaranya takut salah dan takut disalahkan. Jika jundi sudah seperti ini maka ia hanya akan melakukan apa yang diperintahkan mas’ul saja tanpa berpikir yang lain. Oleh sebab itu seorang mas’ul sebaiknya memberikan kesempatan kepada jundinya untuk berpikir, berpendapat dan bertanya sehingga ide-ide cerdas bermunculan. Terakhir, semangat untuk terus berkarya harus tetap ditanamkan pada jundi.

b. Mencoba Memahami Profesionalisme dalam Mengelola Kegiatan

Kata Profesional biasa disandangkan pada sebuah pekerjaan yang mempunyai standarisasi, kode etik dan berbalas materi. Kemudian pertanyaannya, haruskah kegiatan kita dikelola dengan profesional? Jawabannya “Harus” tentu harus profesional. Untuk mengelola kegiatan secara profesional dipastikan ada aktor disana, yakni panitia-nya (personal). Oleh sebab itu, sebelumnya kita mencari tahu terlebih dahulu sifat apa saja yang seharusnya ada pada orang yang dikatakan profesional. Dari beberapa artikel yang saya baca, maka dapat disimpulkan bahwa seorang profesional seharusnya memiliki sifat yang tekun, sabar, tahan godaan (komit), dinamis, kreatif, pembelajar, berilmu dan berkompetensi, mengabdikan diri penuh, pelayan bagi orang lain, bisa menjadi uswah, mempunyai impian tinggi tetapi rasional, bijak, memahami skala prioritas, semangat kerjanya tinggi, dan berusaha merampungkan pekerjaannya sampai berhasil.

Sangat ideal, namun berusaha untuk ideal adalah keharusan. Bukankah Allah SWT telah menggambarkan bagaimana profesionalisme ini di dalam QS. Al-Mulk ayat 3 dan 4.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”

Ayat di atas menggambarkan salah satu contoh dari kesempurnaan ciptaan Allah. Kata profesional (itqaan) artinya teliti, sungguh-sungguh, serius, rapi dan sempurna. Jadi dalam konteks ini seharusnya tidak ada yang main-main dalam mengemban amanah dalam sebuah kegiatan karena semua akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT kelak. Oleh sebab itu, dalam mengelola sebuah kegiatan harus diawali dengan niatan Lillah, memahami seluruh rancangan secara komprehensif (menyeluruh) tidak sepenggal-sepenggal. Kemudian rela mengorbankan waktu, pikiran, tenaganya, bersungguh-sungguh beramal jama’I dengan rapi, tsiqoh, saling mengisi, dan terakhir harus benar-benar ikhlas. Sudah kita pahami bersama bahwasannya setelah melaksanakan kegiatan dakwah sangat jarang berbalas materi dari sesama makhluk, akan tetapi insya Allah pahala menanti kita di akhirat nanti. Dan keyakinan ini harus lebih kuat lagi karena Allah telah menerangkannya dalam QS. At-taubah ayat 111.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah didalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar!.”

Jadi, meskipun tidak berbalas materi, insya Allah Jannah telah menanti kita jika apa yang kita lakukan telah benar-benar sesuai standar Islam yang dilandasi dengan ilmu dan sesuai dengan kode etik yang dicontohkan Rasulullah saw. Sehingga berada di ujung terbaik (cutting edge) dan bermanfaat untuk ummat.

c. Tajarrud “ Tiada Kata Cukup”

Sebuah kisah, seorang sahabat Rasul saw yang tidak ikut berperang saat Perang Tabuk tanpa uzur, yakni Ka’ab bin Malik. Namun setelahnya ia sadar dan tetap komit terhadap Islam dan Rasulullah saw meskipun harus mengalami pemboikotan bicara dari ummat Islam saat itu sampai lima puluh hari. Adakah halnya kita saat ini, berdiam diri tanpa uzur menghindari amanah-amanah dakwah yang menanti? Jawabnya tentu tidak, karena kita sadar bahwa kita adalah ummat terbaik yang harus menyusun batu bata perbaikan ummat. Seperti diterangkan dalam QS. Ali-Imran ayat 110.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”

Jadi, tidak ada alasan bagi kita selain terus bergerak dalam kebaikan. Imam Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa “Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini.”

Semoga kita tidak termasuk golongan yang berdiam diri ataupun golongan yang digantikan, tetapi kita menjadi penggerak dan generasi yang senantiasa lebih baik. Bukankah kita dihisab diakhirat sendiri-sendiri! Oleh sebab itu, berkontribusilah semampu kita, jadilah trend center jangan hanya follower.

d. Menata Barisan - Mentadhaburi Surat Ash - Shaff : 4 dan Al - Anfal: 60

Apapun yang kita lakukan memerlulan persiapan dan strategi, apalagi dalam mengelola sebuah wajihah amal dan kegiatan dakwah. Bagaimana Allah memberikan sinyal-sinyal manajemen yang baik seperti tertuang dalam QS. Ash-Shaff ayat 4.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di Jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.”

Seperti kita ketahui bersama, bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah terkejahatan yang terorganisir. Oleh sebab itu kerapian gerak dalam berjihad merupakan sebuah keharusan karena ini merupakan ciri orang mukmin yang dicintai Allah SWT. Begitupun dengan persiapan yang lainnya, di dalam tafsir fizhilalil qur’an terkait QS. Al-Anfal ayat 60.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Dikatakan bahwa pasukan Islam harus senantiasa mempersiapkan persiapan-persiapannya dan mengoptimalkan kekuatannya, agar kekuatan yang mendapat petunjuk ini merupakan kekuatan tertinggi dimukabumi, yang ditakuti oleh semua kekuatan yang batil dan didengarkan kekuatannya diseluruh penjuru dunia.

Kekuatan yang harus dipersiapkan diantaranya adalah kekuatan iman , yang akan menjadikan mereka percaya dan berkeyakinan bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimah Allah dimuka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezhaliman dan keangkaramurkaan. Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi banga yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimanapun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah terbukti dalan perang Badar. Lainnya adalah kekuatan fisik, yang akan memberikan arti pada kekuatan mental.

Selain itu kekuatan yang dimaksud adalah untuk menggentarkan musuh Allah, ini adalah isyarat bahwa kekuatan yang dipersiapkan bukan untuk menindas, melainkan tetapi untuk menghalangi pihak lain yang bermaksud melakukan agresi. Ini karena yang bermaksud jahat akan berpikir seribu kali jika menyadari kekuatan yang akan dihadapinya. Artinya, kekuatan yang dipersiapkan harus sesempurna mungkin sehingga tidak ada satu pihak pun yang berpikir untuk mengancam.

Persiapan untuk membela nilai Ilahi memerlukan biaya, maka ayat ini memerintahkan untuk menafkahkan harta sambil mengingatkan bahwa Allah SWT akan membalasnya sesuai kemurahan Allah dan niat serta upaya masing-masing.

Dengan demikian, sudah selayaknya dalam hal apapun kita melakukannya dengan rapi, tertata, penuh persiapan, dan ikhlas. Saya tutup tulisan ini dengan QS. Al-Hijr ayat 99.

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”

Ganbatte...!!!

Selasa, 24 Maret 2009

Terabaikan

Bismillah...

Hitungan waktu tak terasa memang. Dulu, kita masih suka berlari, bermain bersama kakak dan teman kita, juga digendong ibu dan ayah. Namun sekarang kita telah meninggalkan masa itu, cepat dan begitu cepat. Bahkan ada yang telah bergelar sama dengan ibu dan ayah kita sebagai orang tua. Dulu, ayah begitu kuat, enerjik dan rajin berolahraga. Tapi sekarang jangankan olahraga, ada dirumah saja suka sakit pinggang. Dulu, rambut ibu belum memutih dan masih penuh aktivitas mengurusi rumah tangga dan lainnya. Tapi sekarang rambutnya mulai memutih, fisiknya mulai melemah dan tidak sesehat dulu lagi...

Sebenarnya bagaimana kehidupan ini? Apakah kita dilahirkan, hidup berumah tangga, tua kemudian mati. Begitukah... dengan menyisakan banyak PR yang tidak terselesaikan atau bahkan tidak diketahui bahwa kita mempunyai PR di dunia?

Orientasi kehidupan setiap orang berbeda. Itu bergantung pemahamannya, karena setiap orang bergerak sesuai dengan pemahamannya. Oleh karena itu, pemahaman yang benar adalah mutlak adanya dan menjadi PR besar para da'i/da'iyah dan murobbi/murobbiyah yang senantiasa menyeru kepada yang haq dan membina kepribadian muslim, sehingga PR-PR kita didunia dapat terselesaikan di akhir kehidupan kita. Kalaupun usia ini tak mampu menyelesaikannya, biarkan kita wariskan PR ini pada generasi yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih kuat daripada kita sehingga tidak ada hutang diakhirat nanti dengan meninggalkan generasi yang lebih buruk dari diri kita. Maka menjadi da'i/da'iyah adalah mutlak adanya dan menjadi murobbi/murobbiyah adalah bentuk syukur kita berada dalam naungan jama'ah Islam ini. Wallohu'alam

Teruntuk Ibu... syafakillah, Allahumma isfii...
Teruntuk Sahabat perjuanganku, afwan jiddan ada janji yang belum tertunaikan, moga Allah SWT memberi kelapangan kepada ana untuk segera ana tunaikan. Semangat!!!

Rabu, 04 Maret 2009

Fase berikutnya!


Bismillah...


Setiap orang tentu akan melewati fase-fase kehidupan. Baik disadari ataupun tidak, ia direncanakan maupun tidak. Seharusnya mind set awal kita adalah titik fokus yang tepat pada sasaran, sehingga tidak bercabang kemana-mana dan akhirnya hanya setengah jadi ataupun menjadi kepompong yang prematur. Padahal mengharapkan impian menjadi kupu-kupu yang cantik, bisa terbang tinggi dan indah dipandang. Ana teringatkan dengan sebuah kiriman gambar disamping dari salah seorang saudara seiman yang mudah-mudahan selalu dalam lindungan-nya. Sehingga senantiasa bisa saling menyemangati dalam berbagai fase kehidupan. Aamiin
Ada di ujung masa kuliah, tapi semua bisa bercabang. Mestinya fokus satu-satu, diselesaikan dulu. Setelah itu baru melangkah ke fase kehidupan berikutnya. Step by step adalah pola pikir ideal. Namun pada kenyataannya terkadang semua berbaur menjadi satu, antara kuliah, kerja, wirausaha bahkan menikah. Intinya semua mesti bisa dimenej dan diselesaikan. Jika semua setengah-setengah maka tidak ada yang akan dipetik.
Ingatlah pada sebuah ayat dalam QS. al-insyiroh ayat 7 : "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)".
Jadi, selesaikan satu-satu... insya Allah.

Jumat, 06 Februari 2009

Aku mencintai mu...

Bismillah...

Saat engkau tilawah begitu menggugah hati ku. Engkau egois, sama seperti diriku tapi ketangguhan-mu menghadapi kehidupan ini membuat aku tak segan untuk mengatakan ... aku mencintai-mu.

Kedewasaanmu tak diragukan, dengan kafaah keilmuan yang kau miliki. Kau bisa tepat memutuskan segala sesuatunya. Kesabaran-mu, sikap diam-mu. Ah... tak tahan juga aku katakan... aku mencintai-mu.

Tidak banyak protes, tapi ketika aku mengkritik-mu, engkau bilang "bukannya disitu yang begitu". Jarang ditemukan satu kata sepakat bila mendiskusikan masalah pilihan dan pemikiran. Namun, dengan itu kau tunjukan kekurangan-ku. Walaupun hanya didalam hati tetap ku katakan... aku mencintai-mu.

Saat aku lemah dan tidak ada teman berbagi. Engkau hadir dan berusaha menenangkan diriku walaupun kau tak tahu masalah yang ku hadapi. Engkau begitu anggun, tapi kadang tertutup dan berlebihan dalam mengemukakan sesuatu, atau mungkin terbawa perasaan. Tapi begitulah akhwat. Aku suka kepribadian-mu dan telah ku katakan... aku mencintai-mu.

Aku biasanya agak canggung untuk meminta kritikan dari orang terdekat, pasti kekurangan diri akan dikatakannya. Namun ternyata berbeda, engkau bilang "U'r the best" dan membuat-ku tidak tahu harus berkata apa. Sobat akhirnya harus ku katakan juga... aku mencintai-mu.

Banyak alasan kita untuk mencintai seseorang. Entah keluarga, sahabat, teman atau bahkan rival kita sekalipun. Apalagi jika terikat tali iman, tentu ada hak dan kewajiban yang harus kita tunaikan untuk memenuhi hak-hak persaudaraan. Hadirkan perasaan cinta kita untuk senantiasa menegakkan kalimah-Nya. Bergerak, berkarya, berkontribusi-lah dengan cinta yang dilandasi keimanan karena-Nya.

Kamis, 22 Januari 2009

Kelewat.......

Bismillah...

Ada beberapa kisah yang tidak perlu ditiru, cukup jadi pelajaran saja...

Suatu sore dalam sebuah rapat, di lantai dasar masjid kampus. Setelah rapat sekian lama berjalan, ana merasa kurang sepakat dengan salah seorang ikhwan, akhirnya ana lakukan aksi walk out tanpa sepengetahuan ikhwan... tahu-nya pas ikhwan sudah beres berpendapat dia tanya, "teh gimana?". Teman ana bilang, "teteh nya juga gak ada di tempat!". Afwan ya, hijab kelewat tinggi jadi antum tidak tahu ana tinggalkan forum. Mestinya tidak begitu!

Masih pada suatu sore, pulang dari tempat KKN. Kondisi terburu-buru ngejar angkot biar cepat. Seperti biasa ana tidak terlalu perhatikan kondisi sekitar. Ternyata di angkot hanya satu tempat yang tersisa dekat pintu. Ana pikir tidak apa-apa lah yang penting cepat sampai rumah. Ternyata sopir minta dipenuhi tempat duduk jadi ana pindah kesebelah kanan. Spontan ana pindah dengan memegang lutut orang yang duduk disebelah ana. Astaghfirullah........ Ana pikir yang duduk sebelah ana adalah ibu-ibu karena perawakan gemuk dan memakai sweater orange seperti akhwat, tahu-nya seorang akh bertopi. Langsung ana tidak enak hati. Alhamdulillahnya ikhwan ini cuek-cuek saja. Jadi ana agak lega. Yang ini kelewat ghodul bashor jadi tidak tahu siapa yang ada disamping. Moga tidak terjadi lagi!

Isrof memang tidak boleh, mesti berperilaku sewajarnya.

Kamis, 01 Januari 2009

Gadis!

dua hari lalu kau ke rumah-ku lagi,
aku terhenyak, bercampur antara ragu dan khawatir
ternyata wajahmu ceria dan kau tampak lebih bersih
lebih gemuk dan berseri

perkenalan itu hanya dibahu jalan
saat malam selepas aku mengajar anak-anak mengaji
kau menghampiri-ku dengan sepeda-mu
kau katakan ingin mengaji dan bisa mendo'akan orang tua-mu

ku sambut keinginan-mu
ku perkenalkan nama-ku dan...
aku minta kau datang ke masjid besok malamnya,
engkau terlihat malu bergabung dengan anak-anak saat itu...

usia-mu memang lebih senior dari mereka
engkau bilang usia-mu 19 tahun
tapi kau juga bilang pada adik-ku usia-mu 22 tahun
aku bingung, ditambah cerita-cerita mu yang membuat aku serba salah

bagaimana membantu-mu?!
engkau seorang khadimat, yang tertekan
aku terbiasa bebas tanpa ada yang mengikuti-ku kemanapun
namun dari saat perkenalan itu, engkau jadi bagian hidup-ku

aku sangat kaget saat pertama engkau ke rumah-ku
engkau curhat seperti biasa
tentang keluarga, majikan dan lainnya
roman wajah yang aneh...
saat aku melihatmu tersenyum, dalam waktu singkat kau menangis
aku bingung?!

satu hari, engkau mencari-ku di masjid
tapi seperti biasa aku langsung masuk ruangan kelas
tanpa ku tahu keberadaan-mu saat itu
entah kenapa, aku menjadi takut engkau jadi bagian dari hidup-ku...

akhirnya engkau naik ke lantai dua, ruangan kelas-ku
karena pelajaran belum usai, maka kau tak berani masuk...
aku mulai gelisah, apa lagi yang akan engkau sampaikan padaku...
aku lihat engkau membawa buku tuntunan shalat yang aku berikan saat itu
rupanya engkau akan mengembalikannya...

tapi sudahlah, aku berikan saja buku itu...
entah kenapa aku pasang wajah-ku tak seramah biasanya kepada-mu
maafkan aku gadis! aku bingung...
selepas anak-anak shalat isya berjamaah aku masuk ruangan guru
aku tak begitu pedulikan-mu, maafkan aku...

aku duduk di pojok ruangan
aku tahu, engkau tidak akan berani masuk
akhirnya engkau bilang ada keperluan dengan-ku pada teman-ku
teman-ku meminta supaya engkau masuk ruangan
tapi engkau tidak mau, engkau pun bilang mau pinjam HP untuk telphon kakak
teman-ku bilang, tidak ada pulsa-nya
aku tidak mengerti apa yang dikatakan teman-ku

maafkan aku, mungkin engkau merasa sakit saat itu...
tapi aku tidak mau terus berada dalam kebingungan,
jika ini akhir cerita engkau dan aku
aku harap engkau bahagia ditempat baru-mu
sekali lagi maafkan aku...