Ana persembahkan tulisan ini untuk adik-adik ana yang Milad di bulan April, semoga tulisan ini menjadi bahan evaluasi diri kita untuk menapaki hari-hari kedepan. Uhibbukum Fillah....
From:
Ahmeed Faheem
Date: Sunday, 30 March, 2008 12:47 AM
Subject: Renungan Untuk Muslimah (Kiriman Dari Seorang Akhwat)
Message:
Kriiiing, kriiiiing,kriiiiing, pak pos
lewat tepat di depan sekumpulan akhwat
yang sedang LIQO’ ( ngaji ), tiba-tiba
pak pos menghampiri mereka
“assalamu’alaikum”
“waa’alikumussalam” jawab akhwat serempak
“afwan, ukhti… ini ada surat untuk
mujahidah” kata pak pos
“ooooh… syukron pak”
“ya.. afwan” jawab pak pos singkat,
sesingkat beliau mampir ke tempat itu
“assalamu’alaikum” pamit pak pos
“wa’alaikum salam” jawab jilbaber
serempaktak sabaran merekapun membuka
surat yang baru saja di terimanya
bereweeeek, sebuah amplop berwarna pink
di sobek, lalu seorang murobbiyah pun
membacanya, dan mutarobbbiyah khusyu
mendengarkannya
“ assalamu’alaikum warahmatullahi
wabaraktuh “ seuntai kata dari surat itu
mulai di baca
“wa’alaikum salam warahmatullahi
wabaraktuhu” jawab jilbaber lagi-lagi kompak
“ukhti… yang di nantikan syurga “ satu
persatu murobbiyah mulai mengalirkan
kata-kata surat yang di bacanya
Ukhti…Besarnya kerudungmu tidak menjamin
sama dengan besarnya semangat jihadmu
menuju ridho tuhanmu,mungkinkah besarnya
kerudungmu hanya di gunakan sebagai
fashion atau gaya jaman sekarang, atau
mungkin kerudung besarmu hanya di
jadikan alat perangkap busuk supaya
mendapatkan ikhwan yang di idamkan
bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya
akan di jadikan sebagai identitasmu
saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat
dan di kagumi oleh banyak ikhwan
Ukhti…tertutupnya tubuhmu Tidak
menjamin bisa menutupi aib saudaramu,
keluargamu bahkan diri antum sendiri,
coba perhatikan sekejap saja, apakah aib
saudaramu, teman dekatmu bahkan
keluargamu sendiri sudah tertutupi,
bukankah kebiasaan buruk seorang
perempuan selalu terulang dengan tanpa
di sadari melalui ocehan-ocehan kecil
sudah membekas semua aib keluargamu, aib
sudaramu, bahkan aib teman dekatmu
melalui lisan manis mu
Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut
sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi
akankah kelembutan suara antum sama
dengan lembutnya kasihmu pada
sauadaramu, pada anak-anak jalanan, pada
fakir miskin dan pada semua orang yang
menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu
Ukhti…lembutnya Parasmu tak menjamin
selembut hatimu, akankah hatimu selembut
salju yang mudah meleleh dan mudah
terketuk ketika melihat segerombolan
anak-anak palestina terlihat gigih
berjuang dengan berani menaruhkan jiwa
dan raga bahkan nyawa seklaipun dengan
tetes darah terakhir, akankah selembut
itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu
sekeras batu yang ogah dan cuek melihat
ketertindasan orang lain.
Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin
serajin dengan shalat malammu,
mungkinkah malam-malammu di lewati
dengan rasa rindu menuju tuhanmu dengan
bangun di tengah malam dan di temani
dengan butiran-butiran air mata yang
jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan
tilawah yang tak henti-hentinya berucap
membuat setan terbirit-birit lari
ketakutan, atau sebaliknya, malammu
selalu di selimuti dengan tebalnya
selimut setan dan di nina bobokan dengan
mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan
bangun shalat subuh.
Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin
bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan
keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut
bergembira menikmati ilmu-ilmunya
seperti yang entum dapatkan, ataukah
antum tidak peduli sama sekali akan
kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan
keluargamu, sehingga membiarkannya
begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam
lubang yang snagat mengerikan yaitu maksiat
Ukhti…cantiknya wajahmumu tidak menjamin
kecantikan hatimu terhadap saudaramu,
temanmu bahkan diri antum sendiri,
pernahkah antum menyadari bahwa
kecantikan yang antum punya hanya titipan
ketika muda, apakah sudah tujuh puluh
tahun kedepan antum masih terlihat
cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya
di jadikan perangkap jahat supaya bisa
menaklukan hati ikhwan dengan
senyuman-senyuman busukmu
Ukhti…tundukan pandanganmu yang jatuh ke
bumi tidak menjamin sama dengan tundukan
semangatmu untuk berani menundukan
musuh-musuhmu, terlalu banyak musuuh
yang akan antum hadapi mulai dari
musuh-musuh islam sampai musuh hawa
nafsu pribadimu yang selalu haus dan
lapar terhadap perbuatan jahatmu,
Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk
hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama
dengan tajamnya kepekaan dirimu
terhadap warga sesamamu mu yang
tertindas di palestina, pernahkah antum
menangis ketika mujhaid-mujahidah kecil
tertembak mati, atau dengan cuek bebk
membiarkan begitu saja, pernahkah antum
merasakan bagaimana rasanya baerjihad
yang di lakukan oleh para
mujahidah-mujahidah teladan
Ukhti…lirikan mamatamu yang
menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat
menggetarkan hati saudaramu yang senang
bermaksiat, coba antum perhatikan dunia
sekelilingmu masih banyak teman,saudara
bahkan keluarga antum sendiri belum
merasakan manisnya islam dan iman mereka
belum merasakan apa yang antum rasakan,
bisa jadi salah satu dari kleuargamu
masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi
dan berprilakaku binatang yang tak
karuan, sanggupkah antum menggetarkan
hati-hati mereka supaya mereka bisa
merasakan sama apa yang kamu rasakan
yaitu betapa lezatnya hidup dalam
kemulyaan islam
Ukhti…tebalnya kerudungmu tidak menjamin
setebal imanmu pada sang kholikmu,
antum adalah salah satu sasaran setan
durjana yang selalu mengiontai dari
semua penjuru mulai dari depan belakang
atas bawah semua setan mengintaimu,
imanmu dalam bahaya, hatimu dalam
ancaman, tidak akan lama lagi imanmu
akan terobrak abrik oleh tipuan setan
jika imanmu tidak betul-betul di jaga
olehmu, banyak cara yang harus antum
lakukan mulai dari diri sendiri, dari
yang paling kecil dan seharusnya di
lakuakn sejak dari sekarang, kapan lagi
coba….
Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin
seputih hatimu terhadap saudaramu,
temanmu bahkan keleuargamu sendiri,
masih kah hatimu terpelihara dari
berbagai penyakit yang merugikan seperti
riya dan sombong, pernahkah antum
membanggakan diri ketika kesuksesan
dakwah telah di raih dan merasa diri
paling wah, merasa diri paling aktif,
bahkan merasa diri paling cerdas di tas
rata-rasat akhwat yang lain, sesombong
itukah haitmu, lallu di manakah
beningnya hatimu, dan putihnya cintamu
Ukhti…rajinnya ngajimu tidak menjamin
serajin infakmu ke mesjid atau mushola,
sadarkah antum kalo kotak-kotak
nongkrong di masjid masih terliat
kosongdan menghawatirkan, tidakkah antum
memikirkan infaq sedikit saja, bahkan
kalaupun infaq, kenapa uang yang paling
kecil dan paling lusuh yang antum
masukan, maukah antum di beri rizki
sepelit itu.
Ukhti…rutinnya halaqahmu tidak menjamin
serutin puasa sunnah senin kamis yang
antum laksanakan , kejujuran hati tidak
bisa di bohongi, kadang semangat fisik
begitu bergelora untuk di laksankan
tapi, semangat ruhani tanpa di sadari
turun drastis, puasa yaumul bith pun
terlupakan apalagi puasa senin kamis
yang di rasakan terlalu sering dalam
seminggu, separah itukah hati antum,
makanan fisik yang antum pikirkan dan
ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan,
kita tidak pernah memikirkan bagaimana
akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi
Ukhti…manisnya senyummu tak menjamin
semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu,
kadang sikap ketusmu terlalu banyak
mengecewakan orang sepanjang jalan yang
antum lewati, sikap ramahmu pada orang
antum temui sangat jarang terlihat,
bahkan selalu dan selalu terlihat cuex
dan menyebalkan, kalau itu kenyataanya
bagaiamana orang lain akan simpati
terhadap komunitas dakwah yang
memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwah
tidak memerlukan antum tapi… antumlah
yang memerlukan dakwah, kita semua
memrlukan dakwah
Ukhti…rajinnya shalat malammu tidak
menjamin keistiqomahan seperti
rosulullah sebagai panutanmu,
Ukhti…ramahnya sikapmu tidak menjamin
seramah sikapmu terhadap sang kholikmu,
masihkah antum senang bermanjaan dengan
tuhanmu dengan shalat duhamu, shalat
malammu?
Ukhti…dirimu bagaikan kuntum bunga yang
mulai merekah dan mewangi, akankah nama
harummu di sia-siakan begitu saja dan
atau sanggupkah antum ketika sang
mujahid akan segara menghampirimu
Ukhti…masih ingatkah antum terhadap
pepatah yang masih teringiang sampai
saat ini bahwa akhwat yang baik hanya
untuk ikhwan yang baik, jadi
siap-siaplah sang syuhada akan
menjemputmu di pelaminan hijaumu
Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah
satu-satunya jaminan akan sukses masuk
dalam surga rabbmu.maka, tidak usah
berbangga diri dengan parasmu yang
molek, tapi berbanggalah ketika iman dan
taqwamu sudah betul-betul terasa dan
terbukti dalam hidup sehari-harimu
Ukhti…muhasabah yang antum lakukan
masihkah terlihat rutin dengan
menghitung-hitung kejelekan dan
kebusukan kelakuan antum yang di lakukan
siang hari, atau bahkan kata muhasabah
itu sudah tidak terlintas lagi dalam
hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak
ingat sedikitpun apa yang harus di
lakukan sebelum tidur, antum tidur
mendengkur begitu saja dan tidak pernah
kenal apa itu muhasabah sampai kapan
akhalk busuk mu di lupakan, kenapa
muhasabah tidak di jadikan sebagai
moment untuk perbaikan diri bukankah
akhwat yang hanya akan mendapatkan
ikhwah yang baik
Ukhti…pernahkah antum bercita-cita
ingin mendapatkan suami ikhwan yang
ideal, wajah yang manis, badan yang
kekar, dengan langkah tegap dan pasti,
bukankah apa yang antum pikirkan sama
dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin
mencari istri yang solehah dan seorang
mujahidah, kenapa tidak dari sekarang
antum mempersiapkan diri menjadi
seorang mujahidah yang solehah
Ukhti…apakah kebiasaan buruk wanita lain
masih ada dan) hinggap dalam diri
antum,seperti bersikap pemalas dan tak
punya tujuan atau lama-lama nonton tv
yang tidak karuan dan hanya kan
mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa
Bantu orang tua, kapan akan menjadi
anak yang biruwalidain, kalau memang itu
terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan
antum akan mendapat gelar mujahidah atau
akhwat solehah,
Ukhti…apakah pandanganmu sudah
terpelihara, atau pura-pura nunduk
ketika melihat seorang ikhwan dan
terlepas dari itu matamu kembali
jelalatan layaknya mata harimau mencari
mangsa, atau tundukan pandangannmu hanya
menjadi alasan belaka karena merasa
berkerudung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar